Tanaman ciplukan merupakan tanaman perdu yang mudah
ditemukan di ladang ternyata mampu mencegah kanker payudara. Tanaman dengan
nama latin Physallisa Angulata L. memiliki efek sitotoksik dan mampu menekan
pertumbuhan sel kanker secara in vitro.
Ciplukan mengandung senyawa Fisalin dan Withanolid
yang disinyalir dari berbagai laporan mengandung aktivitas antikanker. Tanaman
ini juga bersifat sitotoksik pada beberapa sel kanker, mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker payudara MDA-MB 231, sel adenokarsinoma paru NCL-H23,
sel leukimia, serta memiliki aktivitas anthihepatoma pada sel hepatoma manusia
Hep G2, Hep 3B, dan PLC/PRF/5.
"Dari penelitian-penelitian yang dilakukan
menguatkan bila Ciplukan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen
kemopreventif," ungkap Ameilinda Monikawati di kampus Universitas Gadjah
Mada (UGM) di Bulaksumur, Yogyakarta, Rabu (1/12/2010).
Meanfaat tanaman tersebut terbukti mampu menghambat
sel kanker payudara setelah dijadikan ekstrak. Ekstrak diperoleh daripengolahan
buah ciplukan yang telah dihilangkan akarnya.
Ameilinda mengatakan aktivitas kemopreventif ekstrak
etanolik herba Ciplukan menjadi alternatif pengobatan penderita kanker
payudara. Sementara pengobatan kanker payudara dengan kemoterapi selama ini
dinilai kurang efektif. Dengan kemoterapi seringkali menimbulkan adanya
resistensi, serta beberapa efek samping seperti mual, muntah, toksisitas pada
jaringan normal, toksisitas pada jantung menekan sistim imun.
"Karenanya dibutuhkan suatu alternatif terapi
kanker yang lebih aman, terjangkau dan efektif," katanya.
Secara in vitro dari penelitian ini berhasil menekan
pertumbuhan sel kanker hingga 20 persen. Hanya saja tidak hanya secara in
vitro, untuk mendukung penelitian potensi Ciplukan sebagai agen kemopreventif
pada kanker payudara maka dilakukan pula secara uji in vivo. Uji secara in vivo
ini bertujuan untuk mengobservasi pengaruh EHC pada hewan uji tikus betina
galur Sprague Dawley.
Uji in vivo ini, kata Amelianda dilakukan melalui
pengamatan hispatologi sel payudara dengan metode pewarnaan Hematoksilin &
Eosin, serta aktivitas antiproliferasi EHC dengan metode AgNOR pada tikus yang
terinduksi DMBA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EHC mampu menghambat proses
karsiogenesis dari DMBA dan memiliki aktivitas antiproliferatif dengan
menunjukkan black dots (nilai mAgNOR) dibandingkan dengan kelompok kontrol
DMBA.
Dari penelitian yang dilakukan Amelianda, Inna dan
Sofa berkesimpulan Ciplukan berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen
kemoprevensi kanker payudara melalui induksi apoptosis dan penghambatan
proliferasi sel. Selain itu Ciplukan dapat dijadikan pula sebagai agen
ko-kemoterapi dengan doxorubicin.
"Karenanya uji selektivitas serta ekspresi
berbagai macam protein yang terkait dalam pemicuan apoptosis dan regulasi daur
sel perlu dilakukan untuk mengetahui kemanan dan mekanisme molekulernya dalam
menghambat pertumbuhan kanker payudara," tutur Amelianda.
Dari penelitian tiga mahasiswa Fakultas Farmasi yakni
Ameilinda, Inna Amandari dan Sofa Farida berhasil menguji potensi kemopreventif
ekstrak etanolik herba Ciplukan (EHC) pada sel kanker payudara. Berkat
penelitiannya tersebut, ketiga mahasiswa tersebut dinyatakan menjadi pemenang I
Bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada Kompetisi Pemilihan Peneliti Remaja
Indonesia (PPRI) ke-9 tahun 2010, sekaligus berhak mendapat hadiah uang sebesar
Rp 12 juta.
Sumber Info: detik.com
nama obat sipilis ampuh
ReplyDeleteobat sipilis yang paling ampuh
obat sipilis yg paling ampuh
nama obat sipilis yang ampuh
obat ampuh buat sipilis